Pura Goa Lawah

Pura Goa Lawah

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/44543-goa-lawah.jpg

Kabupaten Klungkung merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Propinsi Bali, banyak sekali pilihan berwisata anda di daerah ini. Tidak hanya menawarkan keindahan panorama pantai namun keberadaan pura yang agung dan berhistori tinggi terdapat disini, salah satunya adalah Pura Goa Lawah. Pura ini terletak di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali.

Pura Goa Lawah yang memiliki arti “Lawah yaitu kelelawar” merupakan salah satu pura kahyangan jagat dimana di dalamnya bersarang ribuan kelelawar yang dipercaya akan mendatangkan musibah bagi siapa saja yang mengganggunya. Pura ini dijadikan tempat pemujaan Dewa Laut sebagai manifestasinya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di dalam Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan tentang adanya utusan dewa Siwa kepada Sang Hyang Trimurti (Brahma, Wisnu dan Iswara) untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma menjelma menjadi Naga Ananta Bhoga, Dewa Wisnu menjadi Naga Basuki dan Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki yang merupakan jelmaan dari Dewa Wisnu kepalanya menuju laut yang menggerakkan samudera agar menguap menjadi mendung sedang ekornya menjadi gunung serta sisiknya menjadi pohon-pohon yang lebat. Kepala Naga Basuki itulah yang menjadi symbol dari Goa Lawah dan ekornya yang menjulang menjadi Gunung Agung, dimana pusat ekornya ada di pura Goa Raja salah satu pura yang terdapat di Pura Besakih. Konon menurut cerita pada jaman dahulu Pura Goa Raja tembus sampai ke Pura Goa lawah yang kemudian tertutup karena adanya gempa pada tahun 1917.

Dibagian pura terdapat pelinggih Sanggar Agung tepat berada di mulut goa sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Tunggal (Tuhan YME) serta terdapatnya Meru Tumpang Tiga, Gedong Limasari dan Gedong Limascatu.

Dalam beberapa lontar disebutkan bahwa Pura Goa Lawah dibuat atas keinginan Mpu Kuturan pada abad XI Masehi dan kembali dipugar pada abad ke XV Masehi. Adapun upacara keagamaan yang sering dilaksanakan di pura ini adalah: upacara Nyekah dan Memukur atau Meliga.

Dengan dijadikannya pura ini sebagai salah satu tujuan wisata maka bermunculanlah warung penjual makanan dan minuman yang menjadi fasilitas pendukung selain toilet dan area parkir yang cukup memadai bagi wisatawan.

Pura ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 45 menit perjalanan dari Kota Denpasar dengan jarak tempuh kurang lebih sekitar 30 km perjalanan.

Bali adalah Pulau Dewata, tak salah ungkapan tersebut karena begitu banyak pura di propinsi ini yang sarat akan nilai histori yang tinggi serta keagungan pura yang artistik serta mempunyai daya tarik magis spiritual tersendiri.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan Kabupaten Tabanan – Bali – Indonesia

Pura Ulun Danu Beratan, atau yang kerap disingkat penyebutannya menjadi Pura Ulun Danu, merupakan pura terbesar di Bali setelah Pura Besakih. Nama pura ini merujuk pada lokasinya yang berdiri di tepi Danau Beratan. Lokasi pura ini cukup istimewa karena berada di dataran tinggi Bedugul, yakni sekitar 1.239 meter di atas permukaan laut (dpl). Kondisi yang demikian membuat lingkungan pura cukup sejuk, dengan temperatur udara antara 18-22 derajat celcius. Selain itu, lansekap Danau Beratan yang asri juga menambah suasana indah di tempat ini

Pura Ulun Danu Beratan di Desa Candikuning, Tabanan, Bali.

Sejarah pendirian Pura Ulun Danu Beratan dapat dilacak pada salah satu kisah yang terekam dalam Lontar Babad Mengwi. Dalam babad tersebut dituturkan mengenai seorang bangsawan bernama I Gusti Agung Putu yang mengalami kekalahan perang dari I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Untuk bangkit dari kekalahan tersebut, I Gusti Agung Putu bertapa di puncak Gunung Mangu hingga memperoleh kekuatan dan pencerahan. Selesai dari pertapaannya, ia mendirikan istana Belayu (Bela Ayu), kemudian kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan memperoleh kemenangan. Setelah itu, I Gusti Agung Putu yang merupakan pendiri Kerajaan Mengwi ini mendirikan sebuah pura di tepi Danau Beratan yang kini dikenal sebagai Pura ulun Danu Beratan .

Dalam Lontar Babad Mengwi juga dikisahkan bahwa pendirian pura ini dilakukan kira-kira sebelum tahun 1556 Saka atau 1634 Masehi, atau sekitar satu tahun sebelum berdirinya Pura Taman Ayun, sebuah pura lain yang juga didirikan oleh I Gusti Agung Putu. Pendirian Pura Ulun Danu Beratan konon telah membuat masyhur Kerajaan Mengwi dan rajanya, sehingga I Gusti Agung Putu dijuluki “I Gusti Agung Sakti” oleh rakyatnya.

Berkunjung ke Pura Ulun Danu Beratan, para pelancong dapat menikmati keunikan pura dan lingkungan alam yang asri di sekitarnya. Suasana asri, sejuk, dan udara yang bersih mulai terasa sejak wisatawan menginjakkan kaki di lahan parkir menuju pura. Dari tempat parkir ini, wisatawan terlebih dahulu harus membeli karcis untuk memasuki lingkungan pura. Para pelancong kemudian akan melewati jalan setapak yang dihiasi bunga-bunga, hamparan rumput, serta pepohonan cemara yang menghijau. Jalan setapak ini mengarah pada pintu masuk menuju pura (gapura).
Jalan setapak menuju Pura Ulun Danu Beratan Sebelum memasuki gapura, cobalah untuk menengok sejenak bangunan stupa (candi Buddha) yang hingga sekarang masih digunakan sebagai tempat ibadah. Tidak jauh dari areal pura, juga terdapat bangunan masjid sebagai tempat ibadah untuk umat muslim. Keberadaan stupa dan masjid ini mengingatkan kita betapa toleransi beragama sudah dipraktekkan sejak lama oleh masyarakat Bali.

Memasuki gapura, kita akan melihat bangunan pura khas Bali yang dicirikan oleh menaranya yang bertingkat (meru). Di dalam kompleks pura setidaknya terdapat beberapa bangunan bermenara yang memiliki atap bertingkat, yaitu menara dengan atap 11 tingkat, 7 tingkat, dan 3 tingkat. Keberadaan menara bertingkat tersebut menggambarkan pemujaan terhadap tiga dewa, yakni Dewa Wisnu (11 tingkat), Dewa Brahma (7 tingkat), dan Dewa Siwa (3 tingkat). Yang menarik, karena terletak di tepi danau yang agak rendah, membuat daratan di sekitar pura kerap tergenang air ketika debit air danau sedang meluap. Kondisi ini menciptakan pemandangan yang sangat indah, di mana kompleks pura dengan gugusan menara bertingkat-nya seolah-olah berada di tengah danau. Keadaan saat air meluap ini merupakan momen terbaik untuk memotret Pura Ulun Danu Beratan. Meskipun dianggap sebagai tempat pemujaan kepada trimurti (Dewa Wisnu, Brahma, dan Siwa), namun sebetulnya pura ini semula merupakan tempat untuk memuja Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang merupakan simbol bagi kesuburan. Perkiraan ini merujuk pada kosmologi tentang lingga dan yoni, di mana Gunung Mangu (tempat bertapa I Gusti Agung Putu) dianggap sebagai lingga dan Danau Beratan sebagai yoni. Simbol-simbol lingga yoni secara nyata juga nampak pada beberapa bagian dalam kompleks pura ini. Simbol lingga-yoni merupakan simbol pemujaan kepada Dewa Siwa dan Dewi Parwati

Dugaan bahwa pura ini merupakan tempat pemujaan terhadap Siwa-Parwati makin menguat melihat fungsi pura ini sebagai pura subak, yakni pura yang disokong oleh organisasi sosial masyarakat Bali yang mengatur pembagian irigasi pertanian. Pura subak sendiri khusus dibuat untuk memohon kesuburan bagi pertanian. Para penganut Hindu yang bersembahyang di pura ini memuja dewi danau, atau dalam bahasa setempat disebut dewi danu (disebut juga dewi air).Dewi danu ini kemungkinan menunjuk kepada sosok Parwati, istri Siwa yang merupakan simbol kesuburan. Di sini nampak bahwa aktivitas pertanian di sekitar danau tak hanya didukung oleh sistem peririgasian yang baik, tetapi juga ditunjang oleh ritual agama yang kuat. Pura Ulun Danu Beratan memberikan gambaran yang cukup jelas bagaimana organisasi subak mengatur sistem irigasi pertanian dan sekaligus membangun sarana peribadatan untuk mengupayakan hasil panen yang melimpah.

Selain menjadi situs bersejarah yang merekam perkembangan ajaran Hindu pada masa Kerajaan Mengwi, kompleks Pura Ulun Danu Beratan juga menyimpan artefak lain yang berasal dari zaman megalitik (sekitar 500 tahun sebelum Masehi). Di sebelah kiri halaman depan Pura Ulun Danu Beratan dapat disaksikan sebuah sarkofagus dan papan batu. Sarkofagus merupakan peti batu yang biasa difungsikan untuk menyimpan mayat (kubur batu), sementara papan batu yang terdapat di lokasi yang sama diperkirakan sebagai tempat pemujaan masyarakat prasejarah. Temuan ini menunjukkan bahwa tempat dibangunnya pura sebelumnya juga telah digunakan sebagai tempat ibadah oleh masyarakat arkais.

Selain berwisata sejarah, wisatawan juga dapat menikmati indahnya Danau Beratan yang memiliki kedalaman hingga 23 meter ini. Wisatawan yang merasa tidak puas hanya dengan memandanginya saja dapat menyewa perahu tradisional atau perahu motor untuk mengelilingi danau. Atau, jika ingin menjajal tantangan berbagai permainan air, dapat pula menyewa permainan parasailing, bana boat,serta jetski. Untuk sekedar menghabiskan waktu, wisatawan juga bisa memancing di tepi danau, tepatnya di bawah rimbunnya rumpun bambu untuk sekedar menghabiskan waktu. Apabila menginginkan suasana hutan dengan tanaman buah-buahan yang menggoda selera, wisatawan dapat menuju Kebun Raya Eka Karya yang terletak sekitar 300 meter dari Danau Beratan.

Pura Ulun Danu Beratan terletak di kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Indonesia. Pura ini terbuka untuk kunjungan wisatawan antara pukul 08.00 sampai 18.00 WIT. Namun, apabila area pura sedang berkabut, lokasi pura akan ditutup lebih cepat untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Pura Ulun Danu Beratan berjarak sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Tabanan, atau sekitar 55 kilometer dari Kota Denpasar. Untuk menuju pura ini, wisatawan dapat menggunakan kendaraan umum, seperti taksi, bus pariwisata, maupun agen perjalanan menuju jalur Denpasar-Singaraja. Pura ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng, berada di pinggir jalan raya, tepatnya di tepi Danau Beratan.

Pengunjung Pura Ulun Danu Beratan harus membayar tiket sebesar Rp7.500,00 untuk turis domestik dan Rp10.000,00 untuk turis asing.

Sebagai sebuah obyek wisata sejarah dan religi, Pura Ulun Danu Beratan telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang, seperti lahan parkir, taman bermain untuk anak, serta toilet. Taman bermain tersebut menyediakan berbagai sarana permainan, seperti ayunan, kursi putar, dan jungkat-jungkit. Di dekat taman bermain terdapat restoran yang menyajikan aneka masakan. Restoran ini biasanya akan penuh oleh pengunjung pada saat jam makan siang.

Wisatawan yang ingin mengelilingi danau dengan menyewa perahu dikenakan biaya sebesar Rp25.000,00 untuk satu kali keliling, dengan waktu sekitar 20 menit. Sedangkan bagi Anda yang ingin memancing dapat menyewa peralatan pancing seharga Rp5.000,00, dengan waktu pemakaian sepuasnya. Di sekitar pura juga terdapat jasa melukis wajah cepat, hanya dalam waktu 15 menit, dengan harga Rp10.000,00 untuk tiap lukisan. Sekiranya wisatawan menginginkan membeli oleh-oleh, di utara areal pura terdapat pasar tradisional. Di pasar ini dijual berbagai hasil perkebunan, pertanian, kerajinan khas bali, serta hewan khas Bali, yakni anjing kintamani.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Candi Dasa

Candi Dasa

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/29c82-candidasa_bali.png

Candi Dasa adalah kawasan wisata pantai yang terletak di desa Candi Dasa, kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem dan berjarak sekitar 80 km dari Denpasar. Keberadaan pantai Candi Dasa tidak sebagus pantai-pantai lain di Bali karena sebagian pantainya rusak oleh ombak-ombak Selat Badung yang tergolong besar, sehingga pantai ini dilindungi pengaman yang terbuat dari beton yang dikenal dengan krib. Namun Candi Dasa memiliki pemandangan alam yang sangat menawan di mana setiap pengunjung dapat menikmati fenomena sunset dan sunrise Pesona alam menjelang matahari tenggelam di kawasan wisata ini tidak kalah menarik dengan pantai Kuta. Bahkan terlihat lebih menarik karena pada saat sunset, matahari akan terlihat lebih bulat yang terbenam di antara bukit dan laut sekitar Candi Dasa. Ketika matahari benar-benar telah terbenam, masih memancarkan warna kemerahan di langit. Pada pagi hari, pemandangan matahari terbit tidak akan terlihat langsung di Candi Dasa karena tertutup beberapa bukit yang berada di sebelah timur kawasan wisata ini. Untuk dapat menikmati sunrise sebaiknya berjalan menuju ke arah Tanjung Iri, yang masih termasuk kawasan wisata Candi Dasa yang berada di sebelah timur.

Di kawasan wisata Candi Dasa banyak terdapat fasilitas akomodasi untuk wisatawan yang harganya relatif murah dan hampir keseluruhannya berada di dekat pantai. Pada umumnya hotel-hotel di Candi Dasa adalah hotel berkelas melati namun ada juga beberapa hotel berbintang. Karena harga penginapan relatif murah, sebagian besar wisatawan yang berkunjung memilih tinggal lebih lama (long stay). Dengan waktu menetap yang lebih lama, kawasan wisata ini menjadi tempat yang strategis dan dekat dengan beberapa obyek wisata lain kabupaten Karangasem seperti Tirta Gangga, Taman Ujung, Tulamben, Amed, Tenganan, dan bisa juga menyeberang ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan.

Selain memiliki pemandangan alam yang begitu mempesona, Candi Dasa memiliki beberapa daratan kecil yang khas di lepas pantai yang jaraknya sekitar 200 meter dari pantai. Daratan-daratan tersebut diberi nama Gili Biaha dan Gili Mempang, yang satu sama lain berjarak sekitar 100 meter dan bentuknya seperti tebing yang bertemu langsung dengan laut. Daratan yang paling besar adalah Gili Biaha yang luasnya sekitar 3 are dan menjadi tempat yang cocok untuk kegiatan snorkeling karena memiliki pemandangan bawah laut yang sangat menawan. Pemandangan lain yang dapat dinikmati adalah Lotus Lagoon yaitu berupa danau buatan yang berada di tengah-tengah areal wisata Candi Dasa dan letaknya bersebelahan dengan pantai. Danau buatan ini luasnya sekitar 50 x 50 meter persegi yang di tengahnya terdapat daratan kecil yang ditumbuhi beberapa pohon ketapang dan beringin serta 4 buah patung kecil yang mengelilinginya. Hal lain yang membuat kawasan wisata ini terkenal hingga mancanegara adalah sebagai tempat untuk belajar yoga. Di Candi Dasa terdapat ashram, sebuah tempat bagi umat Hindu dan juga terbuka untuk kalangan umum yang diberi nama Ashram Candi Dasa. Ashram ini merupakan salah satu dari ashram yang dimiliki Gedong Gandhi Ashram di Bali yang terletak di desa Candi Dasa, yang didirikan sejak tahun 1976 dan mengajarkan ajaran Mahatma Gandhi, tokoh anti kekerasan dari India.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pura Tirta Empul Tampak Siring

Pura Tirta Empul Tampak Siring

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/e3b70-ssa43502.jpg

Tirta Empul adalah sebuah pura yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali. Lokasinya tepat di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring yang dulu dibangun oleh presiden Soekarno. Pura Tirta Empul terkenal karena terdapat sumber air yang hingga kini dijadikan air suci untuk melukat oleh masyarakat dari seluruh pelosok Bali, tak jarang wisatawan yang berkunjung pun tertarik untuk ikut melukat.

Pura Tirta Empul ini juga merupakan salah satu situs peninggalan sejarah di Bali khususnya Gianyar. Oleh karena itu pula, presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno mendirikan sebuah Istana Presiden tepat di sebelah barat Pura Tirta Empul, Tampak Siring. Para presiden Indonesia yang datang ke Bali biasanya menyempatkan diri singgah ke Istana Presiden Tampak Siring tersebut. Saat ini pura Tirta Empul dan lokasi tempat melukat tersebut merupakan salah satu lokasi wisata unggulan di kabupaten Gianyar.

Konon terdapat sebuah cerita tentang seorang raja yang bernama Mayadenawa, Mayadenawa sangat sakti tetapi jahat. Bhatara Indra pun diutus dari langit untuk membunuh Mayadenawa. Mayadenawa kewalahan lalu melarikan diri dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya agar tidak terdengar oleh Bhatara Indra. Dari sanalah kemudian muncul nama sebuah desa Tampak Siring. Mayadenawa kemudian meracuni pasukan Bhatara Indra dengan air yang sudah diracuni, Bhatara Indra lalu menancapkan sebuah bendera ke tanah dan tersembur air yang dijadikan penangkal racun Mayadenawa. Konon sumber air itulah yang kini disebut Tirta Empul.

Anda yang tinggal di Bali khususnya umat Hindu tentu tak asing dengan tempat melukat di Pura Tirta Empul ini. Bagi anda yang dari luar Bali dan berlibur ke Bali, rasanya mungkin belum lengkap jika belum jalan-jalan ke Gianyar yang terkenal sebagai pusat seni di Bali, dan juga jangan lupa mampir ke Pura Tirta Empul dan merasakan suasana sejuk dan tenang. Jika berkenan, silahkan mencoba untuk melukat dan merasakan dinginnya air dari pancoran di Tirta Empul.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Sangeh

Sangeh

https://i0.wp.com/www.wisatadewata.com/files/images/Sangeh.JPG

Sangeh adalah salah satu obyek wisata kera yang terkenal di Bali yang berlokasi di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung dan berjarak sekitar 50 km atau memakan waktu lebih kurang 45 menit dari ibukota Denpasar. Selain obyek wisata, Sangeh juga merupakan kawasan hutan lindung yang luas areanya sekitar 14 hektar dan sebagian besar ditumbuhi dengan pohon-pohon pala (dipterrocarpustrinervis) setinggi lebih kurang 50 meter serta dihuni oleh sekitar 700 hewan kera abu-abu (macaca faciculais). Untuk mengunjungi kawasan ini akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 5.000,-, dan terdapat beberapa petugas pengelola lokasi atau pemandu yang berpakaian adat Bali yang siap membantu setiap pengunjung. Beberapa petunjuk untuk memasuki kawasan ini antara lain berpakaian sopan dan tertib, hati-hati dengan membawa barang-barang bawaan, dan dilarang untuk mengganggu kera. Sebelum memasuki area Sangeh, dianjurkan untuk membeli sebungkus makanan untuk kera berupa kacang atau jagung yang banyak dijual di kios-kios sekitar areal parkir.

Memasuki kawasan ini, pada candi bentar (pintu gerbang) terdapat patung besar yang berwujud ksatria raksasa, yaitu Kumbakarna yang sedang dikeroyok puluhan kera-kera. Patung ini menggambarkan kisah perwayangan Ramayana yang sangat dikenal masyarakat Bali. Di sekitar patung Kumbakarna terdapat dua patung singa, yang salah satunya terlihat sedang mengasuh seekor anak kera. Setelah memasuki pintu gerbang akan melewati jalan sepanjang lebih kurang 200 meter menuju hutan pala yang setiap sisinya dipagari dengan tembok batu-batu kali besar yang disusun tidak beraturan. Pada area hutan akan menemukan sebuah pura kecil yang disebut Pura Melanting dan pura yang lebih besar yang dinamakan Pura Pucak Sari. Pada pelataran pura ini, sering kali dipenuhi oleh kera-kera yang tengah bercanda riang. Di bagian sudut pura, terdapat beberapa patung-patung kera sebagai bagian dari arsitektur pura yang menakjubkan dan menurut ceritera masyarakat setempat, hutan dan kera-kera Sangeh merupakan duwe yaitu milik kepunyaan dewa yang melindungi tempat ini. Di penghujung jalan menuju pintu keluar yang agak memutar, terdapat sebuah pohon pala raksasa yang dikeramatkan. Pohon ini mempunyai keunikan dan dinamakan Pohon Lanang Wadon (pohon laki-perempuan). Dinamakan demikian, karena pohon pala ini berbentuk seperti kelamin pria dan wanita yang saling bersebelahan. Keajaiban pohon ini menjadikan salah satu keunikan-keunikan yang menarik di kawasan wisata Sangeh bersama tingkah laku kera-kera dan hutan lindung yang dilestarikan.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pasar Sukawati

Pasar Sukawati

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/edab5-pasar_seni_sukawati_wisata_bali.jpg

Pasar Seni Sukawati terletak di desa Sukawati, kecamatan Sukawati kabupaten Gianyar, 18 km dari ibukota Denpasar Bali dan dapat ditempuh dalam waktu kira kira 30 menit menggunakan kendaraan bermotor, 30 km dari kawasan Kuta dan kurang lebih 90 menit perjalanan dari bandara Ngurah Rai Bali.

Pasar Seni Sukawati sudah ada sejak lama namun baru di era tahun 80 an pasar ini menjual dan memasarkan produk kerajinan tangan yang menjadi ciri khas Bali, sampai saat ini Pasar Seni Sukawati masih menjadi salah satu pilihan yang menarik sebagai objek wisata belanja yang ada di Bali.

Di Pasar Seni Sukawati terdapat berbagai bentuk karya seni, kerajinan tangan unik dan menarik yang dijual dan dipasarkan seperti : lukisan, baju Barong, sarung/kain pantai, patung patung, tas, dompet, payung, sandal, bed cover, kalung dan berbagai bentuk kerajinan tangan lainnya.

Pasar Seni Sukawati buka dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore, sebelum mereka memulai beraktifitas terlebih dulu bersembahyang. Setiap hari pasar ini selalu ramai dikunjungi oleh  berbagai lapisan masyarakat, juga para wisatawan yang bertujuan berbelanja dan membeli kerajinan khas Bali untuk di jadikan sebagai koleksi, souvenir dan cindra mata baik buat diri sendiri, saudara, keluarga, teman dan kolega. Pasar Seni Sukawati tutup saat Hari Raya Nyepi dan Galungan.

Sebaiknya bila anda mau berbelanja di Pasar Seni Sukawati di pagi hari karena pedagang disana menganggap dan percaya bila orang pertama datang dan membeli barang dagangan mereka diangggap awal yang baik mendapatkan penglaris dan akan mempermudah jualan mereka di siang hari, biasanya pembeli pertama bisa mendapatkan harga relatif lebih murah.

Di Pasar Seni Sukawati ini juga berlaku tawar menawar dalam transaksi jual beli seperti halnya pasar seni atau pasar tradisional lainnya. Dalam hal ini kita tidak pernah tahu berapa harga yang pasti karena setiap pembeli mendapatkan harga yang berbeda.  Jangan malu atau sungkan untuk melakukan tawar menawar harga sehingga mendapatkan harga yang sesuai dengan harapan anda, penjual tidak akan marah kalau kita menawar dengan harga rendah, itu sudah menjadi tradisi disana.

Selamat menikmati perjalanan wisata anda ke Bali, jadikanlah Pasar Seni Sukawati menjadi salah satu tujuan wisata belanja anda.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Taman Nusa Gianyar Bali

Taman Nusa Gianyar Bali

https://i0.wp.com/baliglobaltransport.com/wp-content/uploads/2013/11/taman-nusa1.jpg
Pulau Dewata tak hanya populer dengan kecantikan pantai beserta alamnya saat ini para wisatawan dapat menikmati wisata alternatif.
Mereka dapat berwisata serta mempelajari sejarah peradaban Indonesia di objek wisata Taman Nusa yang berada di kabupaten Gianyar.
Tempat wisata yang baru dibuka ini mempunyai panorama yang menarik untuk dijelajahi seperti tebing dan hutan yang masih alami serta kesejukan sawah dengan terasering dapat anda nikmati.
Ketika memasuki Taman Nusa, Anda seolah berada pada tempo dulu yang begitu dekat dengan ragam budaya serta adat istiadat masyarakat tradisional.

Lokasi wisata ini memiliki luas hingga 15 hektare terletak di Jalan Taman Bali Banjar Blahpane Klod Desa Sidan wisata ini menawarkan panorama khas alam tropis Indonesia. Di dalamnya terdapat rumah adat,wisata budaya, museum, beragam adat istiadat, hingga karya cipta pembangunan masyarakat Indonesia di masa kini.
Menurut Santosa Senangsyah  selaku Presiden Director Taman Nusa, tempat wisata yang dibangunnya ini adalah taman wisata budaya Indonesia sekaligus persembahan Bali bagi Indonesia serta masyarakat dunia.
Ide lahirnya objek wisata Taman Nusa di Bali ini bermula dari keprihatinan akan kondisi sekarang ini di mana seni budaya Indonesia semakin tersisihkan dan kurang dilestarikan oleh generasi muda. Oleh karena itu, terciptalah pusat pelestarian budaya bangsa.
Di Taman Nusa ini, para pengunjung diajak menjelajahi kisah perjalanan bangsa Indonesia sejak dulu hingga jaman pra sejarah, kerajaan Nusantara, kampung budaya, hingga Indonesia berhasil memperoleh kemerdekaan.
Di taman inipun terdapat replika Candi Borobudur yang termasuk dalam Tujuh Keajaiban Dunia. Juga terdapat replika patung figur Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa dalam mempersatukan seluruh kerajaan Nusantara.
Untuk dapat menikmati keindahan alam di sekitar objek wisata Taman Nusa beserta pemandangan alam Indonesia, bagi pengunjung dewasa dikenakan tarif Rp110 ribu untuk sedang bagi anak anak hanya sebesar Rp75 ribu.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Taman Burung Bali

Taman Burung Bali

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/5483b-bali_bird_park_134-jp.jpg

Seiring dengan majunya perkembangan pariwisata di pulau Dewata Bali, maka semakin banyak pula investor asing yang mengembangkan usahanya di pulau ini. Hal ini terbukti dengan dibuatnya Taman Burung Bali atau dikenal dengan nama Bali Bird Park yang terletak di Jalan. Serma Cok Ngurah Gambir, Singapadu, Batu Bulan, Kabupaten Gianyar Bali.

Taman Burung Bali saat ini menjadi salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, dimana dalam kawasan Taman Burung ini terdapat koleksi burung-burung yang langka, aneh, serta memiliki warna-warna bulu yang sangat indah dan fantastis.

Bali Bird Park berdiri diatas tanah seluas 2 ha, yangmana taman ini memberikan perlindungan kepada 1000 ekor burung dari 250 spesies yang berbeda. Tidak hanya perlindungan namun dimulai dari penangkaran dan penelitian, sehingga Taman Burung Bali ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam perkembangbiakkan burung eksotis seperti: Burung Cendrawasih dan burung Enggang. Taman Burung Bali memiliki kein adahan panorama alam yang menawan karena di dalamnya terdapat 2000 jenis tanaman tropis serta 250 jenis palem sehingga menarik banyak kupu-kupu.

Memasuki Taman Burung ini, anda akan merasakan suasana petualangan ke seluruh Indonesia, Amerika Latin dan Afrika Selatan. Di taman ini anda akan menemukan salah satu burung paling langka di dunia yaitu Burung Jalak Bali serta aneka burung eksotis dari Papua. Selain itu juga anda akan melihat Burung Elang jawa melagukan tembang jawa yang bergema melalui dedaunan. Suatu petualangan yang luar biasa akan anda rasakan disini, yaitu dengan adanya hutan di dalam taman ini dengan hawanya yang sejuk sebagai tempat tinggal Burung Endemik Sumatera, serta koleksi burung eksotis Amerika Selatan seperti: Scarlet Macaw dan Toucan, Parrot Konggo dan burung-burung lain dari Afrika turut pula meramaikan Taman Burung Bali ini ditambah dengan adanya Kasuari, Cranes, bangau dan Pelikan yang dibiarkan berkeliaran bebas untuk hidup dan berkembangbiak liar di seluruh taman.

Banyak hal yang dapat anda lakukan bila berkunjung kesini, beberapa pertunjukkan disiapkan untuk pengunjung seperti:  pertunjukkan Basic Instinc dimana burung-burung predator seperti Elang menunjukkan cara mereka menyambar mangsa, juga ada sinema empat dimensi yang memutar film-film lucu tentang ikan dan burung-burung. Selain itu pula, di taman ini anda dapat berinteraksi langsung dengan burung-burung yaitu dengan cara memberi mereka makan, memegang dan mengelus burung, serta berfoto bersama mereka.

Bali Bird Park dibuat pada tahun 1994, tepatnya di bulan Juli serta dikelola oleh para ahli yang berpengalaman dibidangnya. Adapun fasilitas tang tersedia di Taman Burung ini adalah ruang istirahat berkonsep restaurant dan café, toilet, akses jalan bagi kereta bayi dan kursi roda, team P3K, serta area parkir yang memadai bagi bus-bus wisata.

Bali Bird Park dapat dicapai hanya dalam waktu kira-kira 25 menit atau dengan jarak kurang lebih 12 km dari Kota Denpasar Bali. Dengan keindahan panorama dikawasan Taman Burung Bali serta aneka atraksi menarik yang disajikan, maka pantaslah kiranya jika tempat ini dijadikan salah satu pilihan objek wisata jika anda mengunjungi Bali.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Kerta Gosa

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/d9af5-kertagosa2.jpg

Sebagai bekas kerajaan, wajar jika Klungkung mempunyai banyak peninggalan yang saat ini menjadi objek wisata. Salah satunya adalah Taman Gili Kerta Gosa, peninggalan budaya kraton Semarapura Klungkung. Kerta Gosa adalah suatu bangunan (bale) yang merupakan bagian dari bangunan komplek kraton Semarapura dan telah dibangun sekitar tahun 1686 oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.

Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale akerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan Kerta Gosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini dihiasi dengan lukisan tradisional gaya Kamasan (sebuah desa di Klungkung) atau gaya wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Pada awalnya, lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan itu terbuat dari kain dan parba. Baru sejak tahun 1930 diganti dan dibuat di atas eternit lalu direstorasi sesuai dengan gambar aslinya dan masih utuh hingga sekarang. Sebagai peninggalan budaya Kraton Semarapura, Kerta Gosa dan Bale Kambang difungsikan untuk tempat mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan terutama yadnya yaitu potong gigi (mepandes) bagai putra-putri raja.

Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Sebab, lukisan-lukisan tersebut merupakan rangkaian dari suatu cerita yang mengambil tema pokok parwa yaitu Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Karenanya tak salah jika dikatakan bahwa secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan dibagi menjadi enam deretan yang bertingkat.

Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Dereta kedua dari bawah menggambarkan tema dari cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon yaitu ciri atau arti dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita yang diambil dari tema Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa yaitu Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang mengambil tema yang berasal dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma.

Pengambilan tema yanga berasal dari kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya yaitu potong gigi putra-putri raja di Klungkung. Daya tarik dari Kerta Gosa selain lukisan tradisional gaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya dan tak dapat dipisahkan dari segi nilai sejarahnya adalah pemedal agung (pintu gerbang/gapura). Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada Pemedal Agung ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908).

Pada peristiwa perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal sebagai peristiwa Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908, pemegang tahta terakhir Dewa Agung Jambe dan pengikutnya gugur. (Rekaman peristiwa ini kini diabadikan dalam monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa). Setelah kekalahan tersebut bangunan inti Kraton Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman penduduk. Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya dan Gapura Kraton yang ternyata menjadi objek yang sangat menarik baik dari sisi pariwisata maupun kebudayaan terutama kajian historisnya.

Kerta Gosa ternyata juga pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan yaitu selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun 1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja kayu yang memakai ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional seperti yang pernah berlaku di Klungkung dalam periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada tahun 1930, pernah dilakukan restorasi terhadap lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan terakhir dilakukan pada tahun 1960.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pantai Sanur

Pantai Sanur

https://supandita.files.wordpress.com/2014/04/609c9-pantai-sanur.jpgPantai Sanur terletak di desa Sanur yang termasuk wilayah kecamatan Denpasar Selatan, Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar. Dari pusat kota Denpasar hanya berjarak sekitar 3 km atau dari bandara internasional Ngurah Rai berjarak lebih kurang 18 km. Pantai ini berada di sebelah timur dan selatan dari desa Sanur yang merupakan tepi dari Samudera Indonesia yang berada sebelah selatan pulau Bali. Untuk menuju lokasi pantai ini sangat mudah dicapai karena banyaknya kendaraan umum yang sangat ramai antara Sanur – Denpasar. Pantai Sanur setiap harinya sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada hari Minggu dan hari-hari libur, pantai ini merupakan pilihan utama bagi warga kota Denpasar untuk berekreasi sambil berenang di pantai Sanur. Sedangkan pada hari bulan Purnama, malam harinya banyak pengunjung yang datang untuk bersantai sambil melihat keindahan pantai di malam hari. Selain keindahan pantainya, di kawasan wisata ini juga terdapat Museum Le Mayeur dan Prasasti Blanjong yang menjadi daya minat wisatawan terutama wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke pantai Sanur.

Pantai ini sudah terkenal sejak dahulu kala terutama ketika terjadi perang Puputan Badung pada tanggal 20 September 1906, di mana pada saat itu pasukan Belanda mendaratkan tentaranya di pantai Sanur. Dalam sejarah Bali Kuno, pantai Sanur juga sudah terkenal dengan adanya bukti berupa tugu batu bertulis (Prasasti Blanjong) yang merupakan prasasti dari Raja Kasari Warmadewa yang berkeraton di Singhadwala sekitar tahun 917 Masehi, di mana prasasti tersebut terdapat di Blanjong, daerah bagian selatan pantai Sanur. Di dalam dunia kepariwisataan, pantai Sanur untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh seorang pelukis terkenal berwarganegara Belgia yang bernama A.J. Le Mayeur bersama dengan isterinya Ni Polok yang menetap di pantai Sanur sejak tahun 1937 dan sering mengadakan pameran lukisan karyanya sendiri.

Yang menjadi daya tarik pantai Sanur ini karena di bagian sebelah utara pantainya berbentuk melingkar seperti setengah lingkaran dan pada bagian selatan pantainya yang berbelok dari timur ke barat, di mana gelombang air lautnya tidak begitu besar sehingga bilamana air lautnya sedang surut maka akan terlihat batu-batu karang yang membentang berwarna-warni. Pada hari mendekati bulan mati atau bulan purnama maka air lautnya akan pasang dan gelombang lautnya agak membesar. Di sebelah tenggara pantai Sanur akan terlihat gugusan pulau Nusa Penida di seberang laut dan pada bagian sebelah timur akan terlihat panorama pantai selatan pulau Bali dengan gunungnya. Pemandangan pantai Sanur ini terlihat lebih indah pada sore hari karena keadaan air laut yang biasanya surut dengan gelombangnya yang berupa riak kecil. Gugusan pulau Serangan dan bukit batu karang yang menjorok ke laut di seberang laut akan tampak terlihat dari pantai Sanur sebelah selatan. Panorama pantai Sanur sebelah selatan lebih indah dilihat pada saat pagi hari. Tempat untuk meninjau atau melihat-lihat yang strategis adalah di bagian timur yaitu di Semawang dan Mertasari. Keadaan udara di sana terasa segar karena hembusan angin laut yang nyaman. Suasana di sepanjang pantai Sanur terlihat terang dan teduh karena penuh dengan pohon-pohon yang besar. Pantai Sanur sangat baik dan terkenal untuk menikmati matahari terbit (sunrise).

Di pantai Sanur, pada pagi hari akan tampak kesibukan para nelayan yang terlihat mendorong perahunya (jukung) ke tengah laut. Setiap harinya pantai ini mulai ramai dikunjungi untuk berenang ataupun sekedar bersantai. Pantai Sanur kini semakin terlihat indah karena telah direklamasi yang diakibatkan abrasi yang mengerus pasir di beberapa bagian pantainya. Pada tahun 2004, pantai ini telah dirubah bentuk penampilannya dengan dipasangnya kribkrib (penahan ombak) yang di bagian ujungnya dibangun bale bengong, sehingga setiap pengunjung akan dapat menikmati keindahan laut dengan nyaman sambil duduk bersantai di bale tersebut. Jarak setiap krib dengan yang lainnya sekitar 15 meter, sehingga membentuk sebuah muara yang sangat aman digunakan untuk berenang karena dangkal dan tidak berombak. Di sepanjang pantai Sanur sudah disediakan trotoar yang digunakan untuk pengunjung yang ingin berjalan-jalan, joging, maupun bersepeda di sepanjang pantai Sanur. Di salah satu sisi trotoar dipenuhi dengan pedagang-pedagang cenderamata dan juga terdapat beberapa tempat makan minum atau café yang saling berjajar. Sebagai kawasan wisata pantai yang sudah sangat terkenal, banyak ditemui fasilitas akomodasi hotel bertaraf internasional seperti Hotel Grand Bali Beach, Hotel Hyatt, Hotel Sanur Beach, Hotel Sindhu Beach dan lain sebagainya yang terdapat di sepanjang timur dan tenggara dari pantai Sanur.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar